Ticker

6/recent/ticker-posts

Meluruskan Asal Usul Sejarah Panembahan Senopati

Panembahan Senopati Adalah Rajanya Para Raja Jawa Pertama Kali Masa Mataram Islam 1587-1601, Yang Bergelar  Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah ing Tanah Jawi.

*Oleh Kanjeng Senopati

Baiklah, penulis ingin ungkap tentang sejarah asal usul PANEMBAHAN SENOPATI yang DUNIA sejarah telah dibuat heboh dengan adanya pengakuan setelah kita ziarah di makam raja-raja Mataram di Imogiri, Bantul, Jogjakarta. 

Yaitu isu turun temurun yang berkembang di kalangan abdi ndalem keraton tentang Joko Tingkir (kerajaan Pajang) atau Sultan Hadiwijaya yang disebut-sebut sebagai ayah kandung Panembahan Senopati (Raden Danang Sutawijaya) atau yang terkenal dengan bapaknya para raja Mataram.

Namun isu tersebut dilemahkan dan tidak begitu kuat dan tidak valid untuk bagi para kalangan para sentono ndalem keraton (anak turunan raja dan kerabatnya)..  

Jika memang benar Raden Danang Sutowijoyo adalah putra kandung Sultan Hadiwijaya Raja Pajang, lantas bagaimana tentang sejarah umum yang selama ini kita ketahui bahwa Panembahan Senopati yang bergelar Panembahan Senopati Khalifatullah Sayyidin Penatagama, adalah putra Ki Ageng Pamanahan atau Ki Gedhe Mataram?

Katanya Ki Ageng Pemanahan sebenarnya hanyalah guru spiritual dan guru agama yang diakui sebagai ayah angkat Sutowijoyo (Panembahan Senopati) dan ini katanya tercantum dalam buku kitab "Babad Mataram". Tapi ternyata buku kitab tersebut belum pernah terlihat wujudnya. Jadi kalau begitu sejarah yang beredar itu yang benar bagaimana?

Yang penulis telusuri diawali dari komentar ekstrim dan miring muncul dari akun "Kusuma Admaja". Menurut dia, Ki Pamanahan yang bernama asli Bagus Kacung memiliki istri Nyai Sabinah binti Pamantingan yang ayahnya orang desa bekerja sebagai tukang kayu.

Semasa muda, Nimas Sabinah sering bertemu Joko Tingkir sewaktu sering ke Jepara. Keduanya saling jatuh cinta, tetapi tidak sampai ke pernikahan. Yang ada, Nyai Sabinah justru diperistri Ki Pamanahan.

Selanjutnya, Nyai Sabinah dititipkan Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya karena Ki Pamanahan hendak pergi merantau. Ki Pamanahan meminta agar Nyai Sabinah dijaga dan diperkenankan membantu di dalam (keratonnya).

Ternyata Nyai Sabinah hamil, kemudian Ki Pemanahan menuntut. Selanjutnya ia diberi oleh Joko Tingkir wilayah di Hutan Mentaok dengan kepala desanya adalah Ki Pamanahan.

Saat bayi bernama "Sutowijoyo" (Panembahan Senopati) yang dikandung Nyai Sabinah lahir dari benih Sultan Hadiwijaya, Ki Pamanahan juga menuntut bagian anaknya itu. Selanjutnya ditambahi wilayah yang juga hutan dan Sultan Hadiwijoyo mengatakan, "Wilayah itu boleh menjadi kadipaten kalau Sutawijaya sudah berusia tujuh tahun atau baligh."

Namun, akun "Kusuma Admaja" tidak bisa menyebutkan dari mana sumber shahihnya yang ia tuturkan tersebut. Ia menyatakan, babad sebetulnya sudah dijelaskan dengan bahasa metafora tapi penafsir sejarah tidak pernah menduga arti sesungguhnya seperti itu.

Akun "Mamak Sewulan" lain lagi memberikan tambahan komentar, bahwa Suto artinya anak laki-laki sedangkan Wijaya mengarah pada kata Hadiwijaya. Dari sini memang lebih terkesan logis jika Sutawijaya adalah putra Sultan Hadiwijaya.

Baiklah, kita harus mengetahui siapakah Nyai Sabinah? 
Jika didasarkan pada catatan sejarah. Menurut naskah-naskah babad Tanah Jawa, Nyai Sabinah adalah seorang wanita sholehah yang ibunya Nyai Saba adalah keturunan Sunan Giri anggota Walisanga. Sedangkan ayahnya masih keturunan Prabu Brawijaya V raja terakhir Majapahit.

Nyai Sabinah memiliki kakak laki-laki bernama Ki Juru Martani, yang kemudian diangkat sebagai patih pertama Kesultanan Mataram Islam. Ia ikut berjasa besar dalam mengatur strategi menumpas Arya Penangsang pada tahun 1549.

Nyai Sabinah adalah putri Ki Ageng Saba dengan Nyi Ageng Saba. Kedua orang tua Nyai Sabinah adalah keturunan ulama besar dan keturunan raja besar jawa. Dimana Ki Ageng Saba adalah putra Ki Ageng Pandanaran dengan Nyai Made Pandan, sedangkan Ki Pandanaran putra Ki Ageng Wonosobo putra sulung Raden Bondan Kejawan putra Raja Majapahit Prabu Brawijaya V dari istri Ratu Campa.

Silsilah Nyai Sabinah jika mengikuti jejak rekam sejarah lebih kuat dan banyak yang bermuara ke Raden Bondan Kejawan yaitu turunan dari putra Raja Majapahit Prabu Brawijaya V. 

Karena itu, pendapat mengenai Nyai Sabinah sebagai putra Pamantingan adalah anaknya tukang belah kayu ini sangat dhoif (lemah) dan tidak kuat tidak tsiqoh tidak dipercaya mendasarkan pada catatan jejak rekam sejarah.

Nyai Sabinah agaknya menjadi "kunci" karena versi manapun, ia adalah ibunda dari Panembahan Senopati. Dan jika benar Nyai Sabinah mengandung benih Joko Tingkir Sang Raja Pajang, sedangkan Nyai Sabinah merupakan istri sah Ki Ageng Pemanahan, maka ini akan menjadi aib luar biasa bagi lingkungan keraton Mataram dan keturunannya.

Hanya saja, dugaan ini masih sebatas pada praduga dan wacana dalam kajian sejarah di warung kopi dan forum gosip.

Karena sampai saat ini isu-isu tersebut belum terbukti atau ada yang menjadi suatu kitab, buku, naskah, catatan, serat atau babad yang resmi. 

Sekalipun yang menyatakan Panembahan Senopati pendiri Kerajaan Mataram itu adalah putra kandung Sultan Hadiwijaya Raja Pajang (Ki Joko Tingkir) sampai hari ini belum dapat membuktikan analisis sejarahnya.

Jika didalam sejarah umum, baik Babad Tanah Jawi maupun Serat Kandha menyebutkan yang benar adalah bahwa Raden Danang Sutawijaya (Panembahan Senopati) adalah anak angkat Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir). Sedangkan ayah kandungnya adalah Ki Ageng Pamanahan atau Ki Gedhe Mataram.

Tentang pemberian nama "Sutawijaya" sengaja diberikan oleh Joko Tingkir Hadiwijaya karena  Sutawijaya waktu itu sebagai anak angkatnya di kerajaan Pajang dalam rangka untuk pancingan, karena pernikahan Hadiwijaya dan istrinya sampai saat itu belum dikaruniai seorang anak.

Kalau penulis pernah bertemu dengan para abdi dalem yang bertugas sebagai juru kunci di makam raja-raja Mataram di Imogiri mereka berani menyodorkan isu Panembahan Senopati adalah anak kandung Joko Tingkir dan ada catatannya di "Babad Mataram". 

Tapi sampai hari ini buku atau naskah tersebut belum pernah terpegang oleh para ahli sejarah. Berarti naskah itu hanya untuk kalangan abdi dalem keraton bukan untuk umum. 

Kalau menurut pandangan perspektif secara spritual penulis dengan melihat ke belakang "last back", sesungguhnya memang dulu pernah terjadi peristiwa yang membingungkan saat Nyai Sabinah hamil dan pernah terjadi konflik interen masalah itu antara Ki Pamanahan dan Ki Joko Tingkir (Hadiwijaya). 

Penulis melihat Nyai Sabinah adalah sosok seorang wanita yang sholehah adalah keturunan dari seorang wali besar Sunan Giri yang telah terdidik kehidupannya secara santri Islami sangat mustahil melakukan perbuatan aib. 

Dan beliau menyatakan sendiri bahwa bayi yang dikandungnya adalah benar benihnya suaminya Ki Pamanahan bukan Ki Joko Tingkir (Raja Pajang) karena Ki Joko Tingkirpun (Hadiwijaya) tidak mengakuinya. 

Hanya Ki Pamanahan yang sudah terlanjur marah kepada Ki Joko Tingkir supaya tidak berlanjut ramai maka Ki Joko Tingkir memberikan sebagian wilayah hutannya maka Ki Pamanahan pun dapat menguasai beberapa wilayah hutan dan desa kekuasaan Pajang. 

Secara logika sehat saja, seandainya saja Ki Pamanahan tidak mengakui Panembahan Senopati sebagai anak kandung beliau sendiri tentunya secara naluri seorang raja adipati dan hukum adat tidak akan menyerahkan kekuasaan pemerintahan sebagai Adipati Mataram untuk diteruskan kepada Sutawijaya atau Panembahan Senopati. 

Itu adalah hasil perspektif pandangan spritual batin penulis ke belakang dengan berinteraksi dengan para leluhur melalui beberapa dimensi waktu apa yang dulu terjadi. 

Entah siapa pertama kali  yang membuat isu dan fitnah ini yang jelas ada kepentingan politis, iri dan dengki dibalik isu dan fitnah itu semua yang telah dihembuskan oleh sebagian leluhur kita dijaman dulu tentunya  berhubungan dengan kekuasaan kerajaan Pajang dan Mataram.

Dimana akhirnya Panembahan Senopati memutuskan untuk mengubah kedudukan Mataram dari yang semula menjadi Keadipatian bawahan Kesultanan Pajang menjadi Kesultanan dan kerajaan yang merdeka setelah kerajaan Pajang runtuh. Benar kan..

Jadi tidak benar Panembahan Senopati hasil dari anak 'ciritan' (bahasa jawanya hasil hubungan gelap / kecelakaan) dimana fitnahnya Nyai Sabinah seorang wanita sholehah putri seorang wali dihamili oleh Joko Tingkir (Sultan Hadiwijaya), itu TIDAK BENAR.

Yang benar Panembahan Senopati adalah putranya Ki Ageng Pamanahan bin Ki Ageng Anis bin Ki Ageng Selo dstnya.. 

Beliau tetap keturunan orang-orang besar dan mulia bahkan perpaduan antara keturunan raja dan wali (ulama), yaitu keturunan Prabu Brawijaya V dan Walisongo.. 
Penulis adalah :
Kanjeng Senopati KRMH. Tommy Agung  Wibowo Hamidjoyo. SE
(Masih Cucu Panembahan Senopati, Analisis Spiritual & Pemerhati Kerajaan Keraton Nusantara) 

source : otonomiNews