Ticker

6/recent/ticker-posts

Barat Terpukul, Sanksi Ekonomi Membalikkan Keadaan, Rusia di Atas Angin

Rubel bukan lagi puing-puing, nilai tukar Rusia itu bangkit lebih kuat dari sebelum negara itu menginvasi Ukraina di tengah tekanan sanksi ekonomi dahsyat dari Amerika Serikat, Uni Eropa dan sekutunya, menimbulkan pertanyaan tentang dampak sanksi Barat terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina. 

Keputusan Barat memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia berbalik menjadi kerugian besar di pihak sekutu barat dan negara negara pemberi sanksi bagi Rusia. 

Rubel Rusia pada hari Rabu, (30/3/2022) bangkit kembali dari kejatuhan yang terjadi setelah AS dan sekutu Eropa bergerak untuk mengubur ekonomi Rusia di bawah ribuan sanksi baru atas invasinya ke Ukraina. Tercatat pada 30 Maret 2022, nilai tukar rubel menguat ke 76 rubel per 1 dollar AS, bahkan lebih kuat dari sebelum invasi ke Ukraina.
Betapa tidak, sanksi embargo yang bertujuan mendesak Rusia menarik diri dari Ukraina berbalik menjadi blunder senjata makan tuan berbahaya bagi negara negara barat. Apa pasal sebab, notabene negara Eropa sangat bergantung pada pasokan energi Rusia menjadi limbung ekonominya. Sebab mereka tak bisa membayar pasokan gas dengan euro apalagi dolar. Putin baru saja memutuskan para negara yang memusuhi Rusia untuk membayarnya dengan mata uang Rubel. Dan jika barat tak bisa memenuhinya dengan terpaksa pasokan gas akan dicabut. Haduh, niat menekan malah kena mental serangan balik. Ini mah senjata makan tuan namanya. Makanya hati hati dengan sikap takabur dan hegemoni anda wahai negara agresor dan pengekor!
Kontan saja rubel yang awalnya nyungsep otomatis naik tajam, dan ini mempengaruhi nilai pertukaran mata uang rubel makin menguat. Ini juga berpengaruh pada aset Negara dan Individu Rusia di negara barat.. heheu..

Kita lihat saja, apakah negara barat mampu memenuhi permintaan Rusia atau mereka terpaksa bertahan tanpa pasokan energi tsb, atau bahkan mencari pasokan energi alternatif dari negara lain yang juga tidak mudah untuk dipenuhi dalam jangka pendek.  
Maka itu negara barat harus berhati hati dengan sikap mereka memusuhi Rusia. Rusia bukan negara arab yang mudah takluk sekali gertak, mereka adalah negara besar bermental kuat dan negara berdaulat tanpa campur tangan barat.. 

Bola panas ada di tangan Rusia, tidak mudah mebaklukkan Rusia, Barar harus mengevaluasi sikap memusuhi Rusia tersebut.  
Negara pengekor harus kembali mempertimbangkan sikap mereka. Mereka tidak mendapat apa² dari hembusan api peemusuhan yang dihembuskan oleh dajjal AS dan NATO. Iming iming mereka untuk gabung UE takkan membuat negara pengekor membaik, justru anda akan jadi negara bayang² yang diperalat dalam hegemoni mereka. Kemakmuran ekonomi yang dijanjikan adalah semu karena hanya negara pandai menjilat dan pengekor yang mampu bertahan, itupun tunduk tanpa kedaulatan yang sejati.

 Justru akan semkin blangsak pada akhirnya. Contohlah Iran, India, China, Pakistan, dan negara pro Rusia lainnya termasuk yang beruntung karena keberpihakan pada kepentingan nasional dan enggan memusuhi Rusia. Karena bukan saatnya tunduk pada kekuatan yang bahkan tidak peduli pada kepentingan nasional mereka. Tindakan yang sangat tepat di tengah konfrontasi ini... 

Uraa..!!

Bagaimana dengan indonesia?? 

Berikut ini daftar 10 negara barat yang tidak mengusir diplomat Rusia:
Portugal, yang dikenal sebagai sekutu tertua Inggris, yang tercatat sejak 1147, memilih tidak mengusir diplomat Rusia. Alasannya, respon bersama dari Uni Eropa sudah memadai.
Luxemburg, menarik duta besar dari Moskow meskipun tidak mengusir diplomat Rusia karena jumlahnya relatif sedikit dan tidak melakukan kegiatan mata-mata.
Malta, mendukung pengusiran diplomat oleh Negara barat. Namun Negara ini memilih tidak melakukan pengusiran karena hubungan dengan Rusia terlalu ringkih sehingga rawan jika sampai mengusir diplomat.
Swiss, negara bankir ini tidak mengusir dan cenderung netral selain juga tidak tergabung dengan Uni Eropa.
Yunani, dikenal dekat dengan Rusia dan pengusaha kedua negara kerap berbisnis bersama.
Slovakia, cenderung mengambil sikap lunak terhadap Rusia dan menyebut aksi pengusiran diplomat Rusia sebagai aksi panggung saja.
Austria, pemerintahnya memilih tetap menjalin diplomasi dengan Rusia meskipun mendukung penarikan duta besar Uni Eropa dari Moskow.
Slovenia, negara ini berusa menjadi jembatan antara negara-negara besar. Pertemuan pertama George W. Bush dan Vladimir Putin terjadi di sebuah pertemuan puncak di Slovenia.
Bulgaria, saat ini menjabat sebagai Presiden di Uni Eropa dan memilih tidak mengusir diplomat Rusia. Namun, negara ini menarik dubes dari Moskow.
Siprus, negara mediterania ini menyimpan miliaran Euro uang pengusaha Rusia di perbankannya.
Rusia