Bennett membuat pernyataan tersebut dalam sebuah surat terbuka yang diterbitkan ke publik pada hari Jumat pekan lalu, menyerukan dukungan untuk mempertahankan koalisi pemerintah rapuh yang saat ini.
Kolisi yang berkuasa tersebut merupakan pemerintahan minoritas saat ini setelah kehilangan mayoritas dukungan di Parlemen bulan lalu.
"Kita sekarang hidup di era ketiga, dan mendekati tanda 80 tahun. Kita semua menghadapi ujian nyata, dan bertanya-tanya apakah kita akan mampu melestarikan Israel," lanjut surat Bennett yang ditulis pada peringatan pertama berdirinya pemerintah koalisi.
“Beberapa hari yang lalu, kami menuju kampanye pemilu kelima yang dapat memecah tanah kami. Saya mengambil keputusan tersulit dalam hidup saya, yaitu membentuk kabinet penyelamat nasional untuk menyelamatkan Israel dari kekacauan dan memulihkannya. Saya bermitra dengan orang-orang yang memiliki pandangan yang sama sekali berbeda dari saya," katanya.
Dia juga menyebutkan; "Kekacauan, putaran pemilu tanpa akhir, kelumpuhan pemerintah, kota-kota Lod dan Acre terbakar di hadapan pemerintah yang dipermalukan dan berkonflik", mengacu pada pemberontakan tahun lalu yang melibatkan warga Arab-Israel di tengah provokasi Israel di Yerusalem Timur yang diduduki dan agresi militer terhadap Gaza.
Menurut survei terbaru yang diterbitkan oleh Israel Hayom, setidaknya 69 persen pemukim ilegal Israel khawatir tentang masa depan Israel yang suram.
Jajak pendapat juga mengungkapkan bahwa 66 persen pemukim tidak mempercayai pasukan keamanan Israel, sementara 67 persen mendukung kepemilikan senjata api dan pengenaan denda untuk mencegah pertempuran dan konfrontasi antara warga Israel dan Palestina di dalam wilayah pendudukan.
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett memperingatkan kepada rakyatnya terhadap siklus 80 tahunan Israel berupa perpecahan, konflik. Kesimpulan besarnya, Israel berada di ambang kehancuran. “Kita bertanya-tanya, apakah kita akan mampu melestarikan Israel?” ujar Bennet masygul.
Artikel ini telah tayang di halaman gatra.com dengan judul "Siklus 80 Tahunan, Israel di Ambang Kebinasaan, Begini Kata Alquran".
Peringatan Bennet ini boleh dibilang merupakan akumulasi serangkaian peringatan yang disampaikan tokoh-tokoh Yahudi, termasuk kalangan rabbi (pemimpin agama Yudaisme). Salah satunya ditayangkan di YouTube oleh channel Rian Hamzah dengan judul Ibadah di Sinagog Ricuh. Konten ini mulai tayang 1 tahun lalu, dilihat 1,7 juta, 11 ribu like.
Artikel ini telah tayang di halaman gatra.com dengan judul "Siklus 80 Tahunan, Israel di Ambang Kebinasaan, Begini Kata Alquran".
Dalam tayangan itu divisualkan, seseorang (kemungkinan rabbi) berteriak-teriak di dalam sinagog sambil mendorong dan menampar orang lain. “Mari keluar dari Palestina. Karena waktunya turun laknat kepada kaum Yahudi itu telah tiba. Tiada lagi tempat berlindung dan tempat berlari darinya.”
“Keluarlah dari tanah Palestina dan berpencarlah ke berbagai belahan bumi, sebelum kalian dibinasakan. Bangunlah kalian. Sadarlah kalian. Sebelum kalian semua dibinasakan. Sebab waktu terjadinya hal ini benar-benar sudah dekat,” tegasnya.
Pandangan orang di video itu merupakan representasi dari kelompok tertentu di komunitas Yahudi dunia. Termasuk pemikir Yahudi di Amerika Serikat, Noam Chomsky. Mereka berpandangan bahwa mereka tidak punya hak atas tanah Palestina (Israel sekarang). Karena Tuhan melarang mereka kembali sebagai hukuman di dunia atau dosa-dosa mereka.